Jumat, 19 April 2013
islam sebagai dienullah
Islam
sebagai dienullahIslam sebagai dienullah adalah agama terakhir yang
diturunkan kepada Nabi Muhammad Saw. Karena yang terakhir maka Islam telah sempurna
untuk dijadikan pedoman hidup dan kehidupan umat manusia. Islam mengatur
kehidupan dari persoalan pribadi sampa iinternasional, maka siapapun yang berpegang teguh
pada ajaran Islam akan dijamin selamat di dunia dan akhirat. Salah satu kesempurnaan
Islam adalah keutuhan ilmu yang bersumber pada satu
Dzat, yakni Allah SWT. Maka tidak diragukan sedikitpun akan kandungan Islam yang memberikan arahan untuk
pengembangan ilmu pengetahuan dan teknologi.Segala
jenis pengetahuan, dalam tinjauan filsafat, memiliki tiga tiang penyangga.
Pertama, ontologi, yang merupakan asas penetapan ruang lingkup serta asas
penafsiran akan hakikat pokok objek pengetahuan tersebut. Kedua, epistemologi,
yang merupakan asas metodologik pemerolehan dan penyusunan bangunan
pengetahuan. Ketiga, aksiologi, yang merupakan asas tujuan dan pemanfaatan
pengetahuan.Konsepsi
Islam tentang IlmuKata
ilmu dalam bahasa Arab berarti pengetahuan dalam arti amat luas. Kata ilmu
sering disama-artikan dengan kata al-ma'arif, asy-syu’ur, walaupun sebenarnya
terdapat sejumlah perbedaan mencolok dalam penggunaan. Kata ma'arif menunjuk
pada pemerolehan pengetahuan melalui pengalaman atau perenungan. Karena itu, ia
didahului oleh ketidaktahuan. Dengan demikian, kata ma’arif tidak dapat
diterapkan terhadap pengetahuan Allah. Kata syu'ur lebih menunjuk kepada persepsi,
terutama mengenai rincian hal-ikhwal tertentu, sehingga kata ini memiliki
keterbatasan serta tidak dapat digunakan untuk menjelaskan pengetahuan Allah.Al-'Alim
adalah sifat utama Allah. Ia termasuk dalam tujuh sifat penting Allah yang
dikenal sebagai ummus-shifat (sifat-sifat tertinggi). Karena itu, kata al-'ilmu
merupakan satu-satunya kata yang bersifat melingkupi (komprehensif), serta
dapat digunakan untuk menggambarkan pengetahuan Allah. Al-Qur’an menyatakan
dalam (QS. al-Hasyr: 22):
Dialah
Allah yang tiada Tuhan selain Dia, yang mengetahui yang ghaib dan yang nyata,
Dia-lah yang Maha Pemurah lagi Maha Penyayang.Pengetahuan
Allah niscaya melampaui semua gejala, materi dan alam semesta, baik yang
terlihat maupun yang tidak terlihat oleh manusia, yaitu seluruh ciptaan atau
makhluk Allah. Pengetahuan maha luas berikut ekspresi dan manifestasinya ini
yang dimaksud oleh Al-Qur’an (QS. Luqman:27) bahwa: Dan seandainya
pohon-pohon di bumi menjadi pena dan laut (menjadi tinta), ditambahkan
kepadanya tujuh laut (lagi) sesudah (kering)nya, niscaya tidak akan
habis-habisnya (dituliskan) kalimat Allah[1183]. Sesungguhnya Allah Maha
Perkasa lagi Maha Bijaksana.kebenaran
agama. Akibat lebih lanjut dari cara pandang demikian adalah munculnya konsep
kebenaran keilmuan dan kebenaran agama.Melalui
penelusuran, penafsiran, dan perumusan ulang atas kecenderungan paradigmatik
tersebut, uraian berikut bermaksud mengembalikan pemahaman, kegairahan, dan
cita-cita keberilmuan sebagai bagian dari kemuliaan keberagamaan Islam. Untuk
itu, penyajian ditata menjadi empat bagian, yaitu: (1) konsepsi Islam tentang
ilmu, (2) landasan ontologi ilmu Islam, (3) landasanepistemologi ilmu Islam,
dan (4) landasan aksiologi ilmu Islam.Agar dalam mencari kebenaran tidak jauh
menyimpang dari konsepsi Al-Qur’an, secara ringkas dapat dikemukakan beberapa
kaidah dan paduan. Pertama, agama adalah peristilahan Indonesia. Islam adalah
peristilahan Al-Qur’an. Karena itu, makna agama dalam kaitan Islam harus
dijabarkan sesuai dengan konsepsi Al-Qur’an, bukan dengan konsepsi lain karena
bisa menjadi berbeda sekali makna dan ruang lingkupnya. Kedua, peristilahan
Al-Qur’an untuk pengganti istilah agama adalah "Dien" sehingga
kata-kata "Dienullah" sering diganti dengan agama Allah, atau kata
Dienul Islam, sering diganti dengan Agama Islam. Jadi penjabaran dari istilah
agama Islam dalam kaitan dengan ad-dien harus dijelaskan dengan konsepsi
Al-Qur'an tentang Dien tersebut.
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar